Boleh kah kita mengganggap diri kita orang yang paling benar sehingga menganggap orang yang tidak sependapat dengan kita orang yang salah?? Jika tidak, lalu siapakah yang memiliki kebenaran hakiki itu??….
Lihatlah sekarang begitu banyak orang yang menganggap dirinyalah yang paling benar dan menunjuk orang lain sebagai kambing hitamnya…., Hal yang sama juga terjadi dikantor ketika kita berselisih dengan rekan kerja kita, atasan atau bawahan kita. Adapun yang mengatasnamakan kitab suci untuk melakukan penyerangan dan perusakan terhadap orang-orang yang menyembah Allah juga karena beberapa perbedaan penafsiran diantara mereka.
Jika seseorang telah merasa diri paling benar, dia akan kehilangan kemampuan untuk mendengar, klopun jika dia mendengar bukan dengan maksud memahami tapi agar bisa menjawab dan mematahkan argumentasi lawan. Kenapa bisa demikian ?? itu dikarenakan mereka sangat takut mendengar bahwa argumentasinya tidak sepenuhnya benar…, Selain itu dia akan berhenti melakukan pencarian karena dia telah merasa cukup. Dia telah merasa menemukan kebenaran yang final. Padahal dalam hal ini tidak ada yang namanya kebenaran yang final. Kebenaran yang kita pegang sekarang adalah kebenaran yang relatif. Karena kebenaran final hanyalah milik Allah.
Kita didunia ini adalah perjalanan menuju kearah kebenaran karena kebenaran yang hakiki baru akan kita dapatkan setelah kita meninggal dunia dan menyaksikan pemandangan yang merupakan impian terindah bagi setiap orang yang beriman yaitu bertemu dengan Allah di surga dengan tersenyum…. Begitu indahnya… :) … Jika kita bisa menyadari akan hal itu maka kita akan menjadi orang yang rendah hati dan kitapun akan terbuka dengan pendapat yang berbeda. Ini dikarenakan kita ingin mendapatkan kebenaran yang lebih tinggi…
Anak-anak adalah para pencari kebenaran. Mereka senantiasa bertanya dengan kata… “Mengapa?” namun beriring dengan bertambahnya usia kita jauh lebih mudah bertanya “Apa?” dan “Bagaimana?”. Padahal pertanyaan tersebut tidak berkaitan dengan pencarian kebenaran yang hakiki. Kelebihan anak-anak dibanding kita adalah anak-anak menganggap dirinya seperti gelas kosong, sehingga dia sering bertanya dan senang mendengarkan penjelasan orang lain. Sementara kita memiliki ego yang sering menghambat dalam menemukan kebenaran karena kita sering melihat diri kita seperti gelas yang sudah penuh…
Lihatlah sekarang begitu banyak orang yang menganggap dirinyalah yang paling benar dan menunjuk orang lain sebagai kambing hitamnya…., Hal yang sama juga terjadi dikantor ketika kita berselisih dengan rekan kerja kita, atasan atau bawahan kita. Adapun yang mengatasnamakan kitab suci untuk melakukan penyerangan dan perusakan terhadap orang-orang yang menyembah Allah juga karena beberapa perbedaan penafsiran diantara mereka.
Jika seseorang telah merasa diri paling benar, dia akan kehilangan kemampuan untuk mendengar, klopun jika dia mendengar bukan dengan maksud memahami tapi agar bisa menjawab dan mematahkan argumentasi lawan. Kenapa bisa demikian ?? itu dikarenakan mereka sangat takut mendengar bahwa argumentasinya tidak sepenuhnya benar…, Selain itu dia akan berhenti melakukan pencarian karena dia telah merasa cukup. Dia telah merasa menemukan kebenaran yang final. Padahal dalam hal ini tidak ada yang namanya kebenaran yang final. Kebenaran yang kita pegang sekarang adalah kebenaran yang relatif. Karena kebenaran final hanyalah milik Allah.
Kita didunia ini adalah perjalanan menuju kearah kebenaran karena kebenaran yang hakiki baru akan kita dapatkan setelah kita meninggal dunia dan menyaksikan pemandangan yang merupakan impian terindah bagi setiap orang yang beriman yaitu bertemu dengan Allah di surga dengan tersenyum…. Begitu indahnya… :) … Jika kita bisa menyadari akan hal itu maka kita akan menjadi orang yang rendah hati dan kitapun akan terbuka dengan pendapat yang berbeda. Ini dikarenakan kita ingin mendapatkan kebenaran yang lebih tinggi…
Anak-anak adalah para pencari kebenaran. Mereka senantiasa bertanya dengan kata… “Mengapa?” namun beriring dengan bertambahnya usia kita jauh lebih mudah bertanya “Apa?” dan “Bagaimana?”. Padahal pertanyaan tersebut tidak berkaitan dengan pencarian kebenaran yang hakiki. Kelebihan anak-anak dibanding kita adalah anak-anak menganggap dirinya seperti gelas kosong, sehingga dia sering bertanya dan senang mendengarkan penjelasan orang lain. Sementara kita memiliki ego yang sering menghambat dalam menemukan kebenaran karena kita sering melihat diri kita seperti gelas yang sudah penuh…