lelaki tua di batang siwalan
gerap matanya meletupkan harapan
di tangannya ditimang-timang garis
hidupnya
bukan karena menyesal setelah
sekian lama bergulat dengan nasib
masih saja berkutat
dalam kesederhanaan
dan penantian panjang
nyanyian itu
masih sangat merdu di telinganya
cicit burung dan desau angin
di dedaunan dan ranting
mengibur masa tuanya
pelan-pelan
kaki dan tangannya
memeluk mesra batang-batang
siwalan
duhai alam
jangan lukai kaki dan tubuhnya
lelaki di batang siwalan
memanjat ia pagi hari
kulit keriputnya
dibasahi embun
matahari tersaput awan
mata lelaki itu
retap menatapnya
inilah aku
lelaki di batang siwalan
mengayunkan tangan
dalam kerja